Sistem Teknologi Informasi Andal Diperlukan Rumah Sakit Untuk Dorong Pelayanan BPJS Kesehatan

Ajang Berita, KesehatanSistem teknologi informasi andal diperlukan rumah sakit untuk dorong pelayanan BPJS Kesehatan. Sejak digulirkan pada awal Januari 2014, program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan) menuai banyak pro dan kontra.

Sistem Teknologi Informasi Andal Diperlukan Rumah Sakit Untuk Dorong Pelayanan BPJS Kesehatan

Program yang dimaksudkan untuk memberikan layanan kesehatan secara cuma-cuma kepada masyarakat Indonesia ini dinilai belum memberikan hasil yang diharapkan. Masih banyak muncul keluhan di masyarakat terutama terkait pelayanan yang masih belum optimal.
sistem-teknologi-informasi-andal-diperlukan-rumah-sakit-untuk-dorong-pelayanan-bpjs-kesehatan
Sistem Teknologi Informasi Andal Diperlukan Rumah Sakit Untuk Dorong Pelayanan BPJS Kesehatan
“Sebenarnya dengan BPJS semua pihak yang terlibat akan sangat diuntungkan. Namun sayangnya manajemen di rumah sakit masih banyak yang belum didukung oleh sistem teknologi informasi yang baik, andal, dan terhubung dengan sistem di BPJS Kesehatan. Masih banyak rumah sakit yang melakukan proses administrasi secara manual sehingga memakan waktu pada saat berhubungan dengan BPJS,” jelas Ketua Bidang Humas dan Kelembagaan Arsada, dr. Nur Abadi,MM.Msi.

Selama ini, kendala yang banyak dikeluhkan para peserta BPJS Kesehatan adalah masalah pelayanan, iuran, dan mekanisme pendaftaran. Sepanjang tahun 2014 tercatat lebih dari 100 ribu keluhan terkait BPJS.

Ia menyatakan bahwa sistem teknologi informasi yang diimplementasikan dengan baik akan sangat membantu rumah sakit dalam memberikan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat. Sistem yang baik, terang Nur Abadi, bisa memberikan data yang akurat mengenai perawatan pasien, obat dan biaya pelayanan, pendaftaran rawat jalan dan rawat inap, serta membantu dokter dalam memberikan pelayanan yang sesuai standar yang berlaku. “Dengan adanya sistem teknologi informasi yang bagus di rumah sakit, dokter tidak bisa memberikan sembarang obat yang tidak tercantum di dalam formularium,” imbuh Nur Abadi.

Dengan sistem teknologi informasi yang reliabel, dokter bisa melakukan pencatatan kegiatan pelayanan melalui sistem. Dengan demikian, dokter tersebut bisa langsung mengetahui berapa pasien yang dilayani dalam satu hari dan apa saja obat atau pelayanan yang diberikan kepada pasien. Informasi yang sama juga bisa langsung diketahui oleh manajemen rumah sakit melalui sistem yang ada. Jika seluruh sistem teknologi informasi dijalankan dengan benar, rumah sakit bisa menghindari kasus penipuan atau fraud dan ini akan sangat menguntungkan bagi pemerintah dan masyarakat.

Salah satu aspek penting penerapan sistem teknologi informasi andal di rumah sakit adalah kemampuan untuk membuat clinical pathway. Clinical pathway adalah alur yang menggambarkan kegiatan pelayanan kepada pasien untuk suatu layanan medis atau tindakan tertentu. Alur ini secara detail menjelaskan tahapan-tahapan mulai dari saat pasien masuk hingga pasien pulang. Dengan melihat clinical pathway, rumah sakit bisa memprediksi berapa lama pasien perlu dirawat dan berapa biaya yang diperlukan. Dengan penerapan yang tepat, clinical pathway ini akan sangat membantu dalam menjaga mutu, efisiensi, dan efektivitas pelayanan rumah sakit. “Dengan melihat clinical pathway, dokter bisa mengetahui riwayat klinis pasien dan kalau ini bisa diterapkan dengan baik, pelayanan kepada pasien bisa dilakukan secara lebih maksimal dan akuntabel,” jelas Nur Abadi.

Penerapan sistem teknologi informasi yang andal membutuhkan sumber daya manusia dengan kemampuan yang baik dan kompeten dalam menjalankan dan mengelola sistem tersebut. “Teknologi informasi hanyalah tools. Kunci utama agar sistem teknologi informasi bisa efektif tetap berada di tangan manusia yang menjalankan sistem tersebut,” jelas Ronggo Wisnu, Direktur PT Caraka Global Informasi. Ia menambahkan bahwa teknologi merupakan alat yang membantu mempermudah proses, baik itu proses bisnis maupun proses yang lain.

Pemahaman akan pentingnya teknologi informasi, menurut Ronggo, harus dimulai dari tingkat manajemen. Manajemen harus memiliki kemampuan merancang dukungan teknologi informasi seperti apa yang dibutuhkan dan hasil yang ingin dicapai. Dengan master plan yang baik, sistem teknologi informasi akan bisa dibangun secara maksimal dan komprehensif dan mampu mendukung proses layanan rumah sakit, termasuk mendukung proses bisnis secara keseluruhan.

“Kami memiliki produk dan solusi komprehensif untuk membantu rumah sakit mengoptimalkan sistem teknologi informasi agar berjalan secara efektif, efisien dan tepat guna dalam mendukung proses kerja dan bisnis, serta terintegrasi dengan sistem BPJS untuk memudahkan konsolidasi data dan klaim biaya ke BPJS Kesehatan”, terang Ronggo.Sejak digulirkan pada awal Januari 2014, program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan) menuai banyak pro dan kontra. Program yang dimaksudkan untuk memberikan layanan kesehatan secara cuma-cuma kepada masyarakat Indonesia ini dinilai belum memberikan hasil yang diharapkan. Masih banyak muncul keluhan di masyarakat terutama terkait pelayanan yang masih belum optimal.

“Sebenarnya dengan BPJS semua pihak yang terlibat akan sangat diuntungkan. Namun sayangnya manajemen di rumah sakit masih banyak yang belum didukung oleh sistem teknologi informasi yang baik, andal, dan terhubung dengan sistem di BPJS Kesehatan. Masih banyak rumah sakit yang melakukan proses administrasi secara manual sehingga memakan waktu pada saat berhubungan dengan BPJS,” jelas Ketua Bidang Humas dan Kelembagaan Arsada, dr. Nur Abadi,MM.Msi.

Selama ini, kendala yang banyak dikeluhkan para peserta BPJS Kesehatan adalah masalah pelayanan, iuran, dan mekanisme pendaftaran. Sepanjang tahun 2014 tercatat lebih dari 100 ribu keluhan terkait BPJS.

Ia menyatakan bahwa sistem teknologi informasi yang diimplementasikan dengan baik akan sangat membantu rumah sakit dalam memberikan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat. Sistem yang baik, terang Nur Abadi, bisa memberikan data yang akurat mengenai perawatan pasien, obat dan biaya pelayanan, pendaftaran rawat jalan dan rawat inap, serta membantu dokter dalam memberikan pelayanan yang sesuai standar yang berlaku. “Dengan adanya sistem teknologi informasi yang bagus di rumah sakit, dokter tidak bisa memberikan sembarang obat yang tidak tercantum di dalam formularium,” imbuh Nur Abadi.

Dengan sistem teknologi informasi yang reliabel, dokter bisa melakukan pencatatan kegiatan pelayanan melalui sistem. Dengan demikian, dokter tersebut bisa langsung mengetahui berapa pasien yang dilayani dalam satu hari dan apa saja obat atau pelayanan yang diberikan kepada pasien. Informasi yang sama juga bisa langsung diketahui oleh manajemen rumah sakit melalui sistem yang ada. Jika seluruh sistem teknologi informasi dijalankan dengan benar, rumah sakit bisa menghindari kasus penipuan atau fraud dan ini akan sangat menguntungkan bagi pemerintah dan masyarakat.

Salah satu aspek penting penerapan sistem teknologi informasi andal di rumah sakit adalah kemampuan untuk membuat clinical pathway. Clinical pathway adalah alur yang menggambarkan kegiatan pelayanan kepada pasien untuk suatu layanan medis atau tindakan tertentu. Alur ini secara detail menjelaskan tahapan-tahapan mulai dari saat pasien masuk hingga pasien pulang. Dengan melihat clinical pathway, rumah sakit bisa memprediksi berapa lama pasien perlu dirawat dan berapa biaya yang diperlukan. Dengan penerapan yang tepat, clinical pathway ini akan sangat membantu dalam menjaga mutu, efisiensi, dan efektivitas pelayanan rumah sakit. “Dengan melihat clinical pathway, dokter bisa mengetahui riwayat klinis pasien dan kalau ini bisa diterapkan dengan baik, pelayanan kepada pasien bisa dilakukan secara lebih maksimal dan akuntabel,” jelas Nur Abadi.

Penerapan sistem teknologi informasi yang andal membutuhkan sumber daya manusia dengan kemampuan yang baik dan kompeten dalam menjalankan dan mengelola sistem tersebut. “Teknologi informasi hanyalah tools. Kunci utama agar sistem teknologi informasi bisa efektif tetap berada di tangan manusia yang menjalankan sistem tersebut,” jelas Ronggo Wisnu, Direktur PT Caraka Global Informasi. Ia menambahkan bahwa teknologi merupakan alat yang membantu mempermudah proses, baik itu proses bisnis maupun proses yang lain.

Pemahaman akan pentingnya teknologi informasi, menurut Ronggo, harus dimulai dari tingkat manajemen. Manajemen harus memiliki kemampuan merancang dukungan teknologi informasi seperti apa yang dibutuhkan dan hasil yang ingin dicapai. Dengan master plan yang baik, sistem teknologi informasi akan bisa dibangun secara maksimal dan komprehensif dan mampu mendukung proses layanan rumah sakit, termasuk mendukung proses bisnis secara keseluruhan.

“Kami memiliki produk dan solusi komprehensif untuk membantu rumah sakit mengoptimalkan sistem teknologi informasi agar berjalan secara efektif, efisien dan tepat guna dalam mendukung proses kerja dan bisnis, serta terintegrasi dengan sistem BPJS untuk memudahkan konsolidasi data dan klaim biaya ke BPJS Kesehatan”, terang Ronggo.

Sistem teknologi informasi andal diperlukan rumah sakit untuk dorong pelayanan BPJS Kesehatan.
jasa-pengiriman-ekspedisi