Mengurangi Risiko dan Komplikasi Aborsi: Memilih Metode yang Tepat

Ajang Berita - Mengurangi risiko dan komplikasi aborsi: memilih metode yang tepat. Jepang setujui pengembangan pil aborsi pertama, bakal dipasarkan secara massal.

Mengurangi Risiko dan Komplikasi Aborsi: Memilih Metode yang Tepat

Aborsi, secara umum, merujuk pada pengakhiran kehamilan secara sengaja sebelum janin dapat hidup di luar rahim.
mengurangi-risiko-dan-komplikasi-aborsi-memilih-metode-yang-tepat
Mengurangi risiko dan komplikasi aborsi: memilih metode yang tepat
Ada beberapa alasan mengapa seseorang mungkin memilih untuk melakukan aborsi, termasuk karena alasan medis, ekonomi, sosial, atau pribadi.

Namun, aborsi juga menjadi topik kontroversial dan banyak diperdebatkan dalam masyarakat karena beberapa orang melihatnya sebagai tindakan yang tidak etis atau melanggar hak-hak janin yang belum lahir.

Ada beberapa jenis aborsi, termasuk aborsi medis dan aborsi bedah. Aborsi medis melibatkan penggunaan obat-obatan untuk memicu pengeluaran janin dari rahim, sedangkan aborsi bedah melibatkan tindakan bedah untuk mengeluarkan janin dari rahim.

Prosedur aborsi bedah bisa dilakukan melalui beberapa cara, seperti vakum asipirasi, dilatasi dan kuretase, atau dilatasi dan evakuasi.

Hukum mengenai aborsi bervariasi di seluruh dunia, dan sering kali tergantung pada negara atau wilayah tempat seseorang tinggal.

Beberapa negara memperbolehkan aborsi secara bebas, sedangkan negara lain membatasi aborsi atau bahkan melarangnya sama sekali.

Di beberapa negara, aborsi hanya diizinkan dalam beberapa kasus, seperti ketika kesehatan atau nyawa ibu berada dalam bahaya atau ketika kehamilan adalah hasil dari pemerkosaan atau incest.

Kementerian Kesehatan Jepang menyetujui pembuatan dan pemasaran pil aborsi pertama di negara tersebut dan akan segera membuka jalan untuk persetujuan dan penjualan resminya.
Hingga saat ini, proses aborsi di Jepang terbatas hanya dengan cara operasi.
Dilansir Mainichi, Minggu (23/4/2023), pil aborsi bernama "Mefeego" yang dikembangkan oleh perusahaan farmasi Inggris Linepharma International Ltd., diharapkan menjadi pilihan baru yang dapat meringankan tekanan fisik dan mental pada wanita.

Subkomite farmasi di Kementerian Kesehatan, Perburuhan dan Kesejahteraan menyetujui jenis pil tersebut setelah mengumpulkan opini publik.

Pejabat kementerian menyebut, keputusan ini dilakukan secara hati-hati di tengah kekhawatiran tentang kemungkinan efek samping dan harganya.

Pertemuan itu awalnya dijadwalkan pada akhir Maret 2023, tetapi ditunda setelah kementerian menerima 12.000 komentar publik yang luar biasa tentang persetujuan untuk obat tersebut.

Pil ini dapat menghentikan kehamilan dengan usia 63 hari atau sembilan minggu, karena terbuat dari kombinasi mifepristone (yang menghambat hormon kehamilan, dan misoprostol) maka pil ini bisa merangsang kontraksi rahim.

Menurut uji klinis domestik yang dilakukan terhadap 120 wanita yang memilih untuk melakukan aborsi, 93 persen dari mereka berhasil menghentikan kehamilan dalam waktu 24 jam setelah konsumsi.

Meskipun 59 persen dari mereka menunjukkan gejala seperti sakit perut atau muntah, gejalanya tergolong ringan atau sedang.

Dari angka tersebut, ada empat kasus dengan gejala parah seperti perdarahan berlebih dan infeksi bakteri.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memasukkan obat tersebut ke dalam daftar obat esensial untuk aborsi.
Menurut Linepharma, obat ini tersedia di 80 negara.
Menurut data Kemenkes Jepang, ada 126.174 kasus aborsi pada tahun 2021. Penting untuk dicatat bahwa keputusan untuk melakukan aborsi adalah keputusan yang sangat pribadi dan kompleks, dan seseorang harus mempertimbangkan banyak faktor sebelum membuat keputusan tersebut.

Bagi beberapa orang, aborsi mungkin merupakan satu-satunya pilihan yang sesuai, sedangkan bagi orang lain, aborsi mungkin tidak sesuai dengan nilai-nilai atau keyakinan mereka.

Hal ini untuk mengurangi risiko dan komplikasi aborsi, serta memilih metode yang tepat yang akan diambil
jasa-pengiriman-ekspedisi